31 Desember 2014

It’s my false, not your false.



Pagi datang kembali, membawa sinarnya yang menghangatkan, membawa udara yang menyejukkan, dan membawa ingatanku akan dirimu. Sinar mentari terasa hangat namun menyilaukan, sama seperti dirimu, yang  hangat ketika ku bersamamu namun begitu tinggi dan menyilaukan karna pesonamu. Udara pagi terasa menyejukkan namun menyakitkan, sama seperti dirimu yang ketika bersamamu ku merasakan kesejukan di hati namun rasa sakit ikut menyertai kesejukan yang kurasa.
            Pagi datang kembali dengan diriku yang masih menunggumu dalam diam disini. Sinar mentari yang hangat tak mampu menghangatkan hatiku yang dingin tanpa hadirmu. Udara pagi yang sejuk tak mampu menyejukkan hatiku yang gersang tanpa senyummu untukku. Kicau burung yang indah tak mampu mengisi ruang hatiku yang sepi tanpa sapa darimu.
Pagi yang datang dengan indah ini tiba-tiba tertutup oleh awan kelabu, sinar mentari pun tak lagi menghangatkan, udara yang menyejukkan berganti menakutkan, kicau burung tak lagi terdengar dan berganti dengan suara gemuruh angin yang bersahutan. Sama seperti kenyataan yang terjadi diantara aku dan kamu. Ketika ku merasakan semua keindahan yang ada pada dirimu dan ikut merasakannya, kenyataan yang menyakitkanpun ikut menyertai kebahagiaanku itu. Kenyataan bahwa diriku tak akan pernah bisa memiliki dirimu, kenyataan bahwa diriku tak cukup pantas untuk bersama denganmu, kenyataan bahwa dirimu tak akan pernah melihat besarnya cintaku ini, dan kenyataan bahwa kau lebih memilih bahagia bersama dengan dirinya dibanding dengan diriku yang tlah lama mencintai dan menanti dirimu selama ini.
Bertahun-tahun, pagi yang sama datang dan aku baru menyadarinya sekarang. Betapa bodohnya diriku yang menyia-nyiakan tiap pagiku terlewat hanya untukmu. Aku sangat menginginkanmu, namun kau tak pernah sedikitpun menginginkanku. Bukan salahmu yang memang tak menginginkanku , tapi ini semua salahku, salahku yang tak melihat bahwa dirimu tak menaruh perhatian lebih terhadapku, salahku yang tak sadar akan kapasitas diriku ini yang sampai kapanpun tak akan pernah mampu untuk memiliki dirimu.

Bandung
3 desember 2014 at 08:45 ― 09:24
@NikeMeilanisari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar